Sebuah pengalaman dari pembaca ilmuterbang.com

Saya cuma ingin share dan salut utk pilot dari GI* (dan pilot2 dari airline lain) yg berhasil mendaratkan pesawat tgl 06/08/10 sore/malam
Ceritanya saya berangkat dari bangka jam 1645 dgn G*A pesawat kecil 737-500. Saya biasa memperhatikan cuaca sebelum penerbangan. Dan juga senang sekali di dunia penerbangan ;p, Cuaca terlihat mulai mendung tapi sebagian cerah, namun ketika sampe di atas, cuaca membaik, paling goyang sedikit sekali.

Ketika sudah mencapai cruising altitude, pilot mengumumkan cuaca cukup baik dan visibility 8km di jkt. Lalu penerbangan yg biasa nya 50menit itu mulai descending/turun.

Lalu biasanya kalo sudah di leg DKI atau kira2 di atas laut bekasi, cuma muter sekali lalu approaching utk landing ke runway 27 Soe-ta. Tadi muter dua kali. Saya curiga. Terlihat awan sangat tebal bagian selatan jakarta. Akhirnya pesawat turun, awan masih sangat tipis sekitar tj priok s/d ancol, kapal2 laut masih terliat agak jelas.

Setelah lewat apartemen pantai mutiara/muara karang, terlihat di depan awan agak tebal, roda/gear pesawat pun sudah keluar. Lalu pikiran saya mulai jelek, namun saya usahakan tenang.

Mulai lah keadaan mencekam, pesawat masuk ke awan. Saya kebetulan sering terbang dan suka memperhatikan penerbangan jadi bisa merasa bahwa itu sudah cukup rendah. Awan masih tebal, sayap tidak terlihat, hanya awan kabut yg memantulkan sinar strobe/anti collision lights yg kelap kelip, terlihat sekali awan lewat sangat kencang. Keadaan memang belum gelap, jadi terlihat betul awan kabut putih. Pesawat mulai oleng kanan kiri, terbanting atas bawah. Namun belum terlihat juga lingkungan soe-ta.

Biasanya jika mendarat, hanya beberapa lampu dipadamkan, tadi ini seluruh lampu cabin padam, hanya lampu emergency. Makin mencekam.

Bahkan mesin pesawat sesekali menderu keras dan pelan lagi, hidung pesawat terasa kadang menukik ke atas lalu mesin kembali kencang, sesekali turun lagi. Saya sudah ngeri takut stall. Pesawat oleng seperti mencari2 runway, akhirnya mesin menderu keras kembali lebih keras, seperti ingin take off. Ternyata benar pesawat naik kembali ke atas, terbang kembali.

Beberapa lapisan awan tebal ditembus..terus ke atas. Flaps ditarik. Sampa langit agak clear, barulah sy agak tenang. Lalu kemudian saya liat ke samping awan2nya memang sangat tebal. Pesawat sempet belok dikit, dan kembali naik lagi ke atas. TAk lama kemudian pilot mengumumkan mohon maaf bahwa terpaksa diterbangkan ke palembang krn tidak bisa mendarat.

Waduh..benar2. baru kali ini sy punya pengalaman terbang terburuk. Long/short flight, big/small jet udah cukup sering..Dulu sy pernah terkatung2 di atas krn tidak boleh mendarat krn badai, tp inilah yg terburuk.

Agak sedikit kesal kenapa tidak cari yg terdekat, namun disamping itu saya sangat lega karena pilot membuat keputusan yg sangat baik utk kembali naik. Terlihatlah sepanjang penerbangan darurat ke palembang, terlihat awan badai dan beberapa kali petir di atas jakarta, lampung dan jg mungkin lampung utara/barat.

Memang beberapa bulan ini, cuaca agak aneh, akhir2 ini biasanya jakarta selalu hujan di sore hari, dan juga di kota2 lain. Yg seharusnya musim kemarau, ini malah hujan badai. Pertanda memang krn global warming, cuaca makin kacau.

Untung cuaca di palembang cukup bagus dan clear bisa meliat kota nya, walaupun di kejauhan (jauh dari palembang) terlihat awan2 petir.
Setelah pendaratan yg baik di palembang, para penumpang pun tepuk tangan.

Namun agak disayangkan penumpang tidak diperkenankan turun sebentar. Apalagi jika refueling jg ada resiko nya. Apalagi sebagian besar penumpang jg mengaktifkan handphone nya utk menghubungin keluarga. Namun akhirnya boleh keluar hanya di belalai, dikarenakan pesawat segera berangkat setelah refuelling.

Si pilot terlihat sangat tenang sempet berbincang2 dan menjelaskan apa yg terjadi. Ternyata ada beberapa laporan dari pesawat2 sebelumnya ada "wind shear" semacam angin yg biasa nya ada sebelum hujan turun, dan kecepatan serta arahnya bisa berubah2 sehingga membahayakan pesawat utk landing.

Dan ada jg pramugari menjelaskan biasanya kalo sudah begini hanya pilih airport mana yg masih terbuka dalam arti masih ok utk landing.

Sekitar 30-40menit refuel, pesawat kembali terbang 50min ke jakarta. Cuaca cukup baik, sempet sebentar tanda seatbelt nyala, namun goncangan kecil beberapa. Lalu diumumkan cuaca berawan di jkt dan sedikit hujan.

Pesawat turun, terlihat kota jkt agak jelas, dan pendaratan pun baik walaupun runway 27R terlihat basah bekas hujan. Para penumpang pun kembali tepuk tangan. Puji Tuhan.

Airport jadi penuh sekali, terlihat banyak pesawat lain pun antri utk landing. Ada beberapa pesawat yg harus putar2 di atas, malah ada yg harus terbang darurat ke singapore.
Maaf kalo sudah kepanjangan ceritanya. Sekali lagi sy mau sharing salut dan utk pilot dan co pilot nya tadi sudah berhasil bawa sekian ratus penumpang selamat. Semoga semakin banyak pilot2 seperti ini.

Siapa tahu admin nya punya pengalaman juga ;p, mohon di share di web ilmuterbang ya mas admin.

RF
Menteng, Jakpus

 

Share dari Rafly melalui email.

Halo Rafly, terima kasih telah berbagi pengalamannya. Hanya sedikit catatan dari kami :)

Sedikit koreksi, runway di Soeta adalah Rwy 25L dan 25R. Kemudian kami "kurang setuju" jika pengalaman ini disebut pengalaman buruk, karena keputusan Go Around adalah selalu keputusan terbaik yang paling aman. Jadi menurut kami ini adalah pengalaman unik yang aman. Memang kadangkala Go Around cukup menakutkan bagi penumpang karena seolah-olah pesawat dalam keadaan darurat. Keadaan bergoyang pada waktu melakukan approach dan laporan penerbang sebelumnya bahwa ada windshear biasanya membuat penerbang melakukan keputusan untuk membatalkan pendaratan. Sekali lagi ini adalah keputusan terbaik yang selalu diajarkan pada waktu melakukan latihan rutin di simulator.

Mengapa penumpang tidak diperkenankan untuk turun? Banyak alasan, di antaranya untuk mempercepat proses terbang kembali ke Jakarta. Hal ini bisa jadi berhubungan dengan Duty Time dari awak pesawatnya. Aturan penerbangan untuk airline mengatur maksimum waktu bekerja untuk penerbang. Dengan 2 pilot biasanya maksimum adalah 9 jam terbang/14 jam kerja dalam sehari. Sehingga kalau waktu maksimum ini dilewati, maka penerbang tersebut tidak boleh terbang lagi sebelum istirahat selama minimal 9 jam. 

Tentang windshear bisa dibaca di sini:

http://ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/keselamatan-penerbangan-mainmenu-48/18-windshear

Sekali lagi terima kasih dan ditunggu berbagi pengalamannya yang lain.