Dalam menjalankan tugasnya seorang penerbang perlu mengenal rute dan daerah operasinya, yang dikenal dengan nama Route Qualification. Route Qualification ini adalah pelatihan untuk commander atau kapten pesawat, terutama jika penerbang tersebut bekerja di bawah CASR Part 121.
Maksudnya jika sebuah pesawat airline beroperasi di daerah tertentu, maka commander atau kapten pesawat tersebut harus mengenal hal-hal di bawah ini:
  1. Karakteristik dari cuaca di daerah tersebut,
  2. Fasilitas navigasi,
  3. Prosedur komunikasi, termasuk alat bantu visual bandara,
  4. Pegunungan (terrain) dan halangan (obstruction) lainnya,
  5. MSA (Minimum Safe Altitude) di area tersebut,
  6. SID (Standard Instrument Departure) dan STAR (Standard Arrival), prosedur holding, prosedur approach
  7. Area yang padat dan rancangan (layout) dari bandar udara tersebut,
  8. NOTAM, Notice to Airmen.
(CASR Part 121.443)

Sedangkan untuk bandar udara dengan kesulitan tertentu yang dianggap tidak umum, aturan untuk melakukan pendaratan di daerah tersebut diatur di CASR Part 121.445. Silahkan merujuk pada CASR Part 121 untuk aturan yang lebih lengkap.

Bandar udara yang dimaksud oleh part 121.445, adalah bandar udara yang mempunyai pegunungan di sekitarnya, atau bandar udara yang sangat sibuk dan/atau memiliki aturan prosedur approach yang kompleks dan sulit, atau bandar udara dengan alat navigasi atau komunikasi yang tidak umum.
 
Bandar udara yang mempunyai ketinggian tertentu sehingga mempengaruhi performance pesawat juga membutuhkan route qualification. Contohnya adalah bandar udara Kathmandu di Nepal.

Di Indonesia, salah satu bandara dengan keunikan ini adalah bandar udara Sam Ratulangi di Manado. Bandar udara ini berada dekat laut tapi di sisi yang lain merupakan pegunungan dengan MSA hampir 10 ribu feet.

Manado sebagai contoh bandara yang unik:
Cuaca:
Dengan pegunungan di sekitarnya dan udara yang cukup lembab dari laut, bandar udara Sam Ratulangi memiliki karakter cuaca yang cukup unik, yaitu banyaknya awan hujan di sekitar bandara yang mengurangi jarak pandang. Ada "hukum adat" tidak tertulis yang mengatakan jika kita (penerbang) dapat melihat pulau Manado Tua, maka visibility/ jarak pandang di sekitar Manado akan cukup bagus.
Navigasi:
Di bandar udara ini juga memiliki Lead In Light yang akan membimbing penerbang untuk masuk ke jalur final approach dengan aman. Sistem Lighting ini adalah satu-satunya di Indonesia, pada saat artikel ini ditulis.
Dengan medan yang cukup unik, ternyata alat navigasi di bandar udara ini sering overdue artinya masa berlaku kalibrasinya sudah melewati masa kadaluarsa.  
Terrain:
Banyak gunung di sekitar kota Manado, terutama gunung Soputan yang masih aktif cukup membahayakan penerbangan. Jika gunung tersebut meletus atau mengeluarkan abu, maka akan membahayakan mesin pesawat.


Route Qualification
 
Route Qualification secara umum dapat diberikan dalam bentuk briefing / rapat antar penerbang, pelatihan di Simulator atau Line training, yaitu terbang bersama instruktur.

Karena mahalnya fasilitas simulator maka pelatihan dengan menggunakan simulator terutama dilakukan jika tingkat kesulitannya cukup tinggi. Contohnya adalah kota Kathmandu di Nepal. Sedangkan untuk kualifikasi lainnya biasanya dilakukan dengan cara terbang dengan instruktur.

Dalam Route Qualification, tidak ada lulus atau tidak lulus. Yang penting adalah transfer ilmu dan ketrampilan dari instruktur kepada penerbang. Dalam pelatihan ini, rasa percaya diri penerbang ditumbuhkan dengan menambah pengetahuan sebelum terbang memasuki daerah operasinya.

Di beberapa perusahaan penerbangan, pelatihan ini tidak diberikan untuk setiap bandar udara tujuan, tapi hanya setiap area saja. Misalkan Eropa. Dengan terbang ke salah satu bandar udara di Eropa, maka penerbang tersebut akan dianggap qualified untuk terbang ke semua tujuan di Eropa.

Ada lagi route qualification yang tidak ada hubungannya dengan prosedur bandar udara tertentu, tapi lebih ke bagaimana terbang di jalur/rute tersebut. Contohnya adalah terbang melintasi samudra Atlantik. Karena tingkat kepadatannya yang tinggi dan tidak adanya radar pemantau lalu lintas udara, maka melintasi samudra Atlantik memerlukan pelatihan tersendiri.