Sri Adillah Parikasih luthfansa didemo pilot katanya...
koq bisa yaa...


Petugas Ilmuterbangdotkom Katanya karena mereka mulai menyewa pilot asing yang lebih murah. Jadi pilotnya merasa pekerjaannya terancam.
25 February at 06:42
Sri Adillah Parikasih oooh, gitu ya...
kalao di indon mah belom kaya gitu ya...
kayanya nyewa pilot asing lebih mahal dr pd pilot WNI ya ?
memangnya apa kelebihan pilot asing ama pilot kita ?
pilot kita kan ada juga ya yang kerja di maskapai asing ?
01 March at 08:24 ·
Muhamad Fahruroji kelebihan pilot kita tuh mau dibayar murah..kayaknya sih.
01 March at 12:23 ·
Petugas Ilmuterbangdotkom
ibu Sri, tidak ada kelebihan pilot asing dibandingkan pilot Indonesia. Masalahnya cuma Indonesia sekarang kekurangan pilot jadi menyewa orang asing. Bayarannya hampir sama dengan pilot lokal, yang membuat lebih besar gajinya karena mereka short term contract, cuma untuk sementara.
Yang perlu diketahui pula, Indonesia kekurangan pilot karena banyak pilotnya yang bekerja di luar negeri, termasuk sebagian penulis dan partisipan ilmuterbang.com (dan adminnya he..he..).
Jadi sebenarnya yang terjadi hanyalah teori sederhana supply and demand.
See more
01 March at 13:46
Sri Adillah Parikasih
Oh, gitu ya...
Termasuk mas petugas itu teh? Wah, wah.
Iya ya, masalah supply n demand. Masalah nasionalisme udah gak up to date lg kynya. Era perdagangan bebas. Hehe.
Sok atuh, siapa ni anak2 muda yang sungguh2 mau jadi pilot komersial u maskapai penerb nasional ?
01 March at 16:12
Petugas Ilmuterbangdotkom
ha..ha.. teteh, eksodus pilot/teknisi ke luar negeri sebenarnya tidak semata masalah uang.
Ketidak puasan akan birokrasi dan pemeliharaan pesawat adalah salah satu ..eh salah beberapa.. alasan untuk meninggalkan Indonesia.
Isu nasionalisme kami wujudkan dengan berbagi di forum2 penerbangan termasuk website ini dan grup facebooknya (termasuk bendera di profil admin ini untuk menunjukkan ada garuda di dada kami :-) ).
Tentunya juga kiriman devisa dari profesi kami dan beberapa pekerjaan profesional lainnya seperti teknisi pesawat udara, awak kabin dan dispatcher, juga menjadi keuntungan negara dari sisi ekonomi.
Dengan gaji 6000 s/d 15000 US dollar, tentunya tenaga profesional penerbangan lebih "layak" diekspor ketimbang TKI pembantu rumahtangga yang selalu jadi korban pemerasan di mana-mana. 1 orang profesional penerbangan minimal setara dengan 12 orang TKI pembantu RT. Sayangnya pemerintah belum melihat potensi ini.
01 March at 17:12
Petugas Ilmuterbangdotkom
BTW, selain pilot/teknisi, pramugari/pramugara Indonesia juga "pabalatak" di mana-mana terutama di Timur Tengah.
Sayang jumlah totalnya masih kalah dengan yang dari India dan Phillipine,terutama karena masalah bahasa.
(pabalatak=berserakan. admin)
01 March at 17:17
Sri Adillah Parikasih
Pertama, sy setengah Sunda stengah Jawa, jd ngerti koq ama istilah pabalatak. Hehe.

Masuk akal banget penjelasannya. Masuk akal jg kalo kemudian, harusnya, info sklah penerbang makin gencar dibewarakan. Sosialisasi gencar k skolah2. Cuma say...ang mahal ya sekolah pilot teh biayanya? Kalo Curug itu gmana?
Hmm, jd kalo dah jadi pilot mendingan d Indon apa keluar? Kalo kondisinya msh ky skrng, bakalan yg bnyak 'nyangkul d luar negeri ya kynya (walau tetap cinta tanah air).

Sy inget, wkt kecil sempat kepengin jd pramugari, pilot, antariksawan. Haha. Gak ada yg tcapai. Jd penulis aja. Enak. Kerja cerdas dr rmh. He2.

Semoga pemerintah kita semakin bijak... Aamiin

Oya, jangan kapok ditanyai yang aneh ya. Hehe.
01 March at 18:49
Petugas Ilmuterbangdotkom
tambahan notenya untuk pembaca lain yang non-sunda speaker, karena gak adil kalo gak diterangkan :-) .
Soal mahal tidaknya tentunya relatif. Ada yang "gratis" seperti beasiswa maskapai penerbangan dan sekolah penerbang militer dinas pendek....
Banyak orang mengeluh biayanya mahal, tapi kan gajinya juga "mahal" lagi pula tidak semuanya dibayar dengan uang. Yang beasiswa dan pilot militer "cuma" perlu bayar pakai otak, waktu belajar dan ikatan dinas.
Belajar ilmunya pun gratis di ilmuterbang.com he..he.
Kalau dihitung sebenarnya tidak sangat-sangat mahal, karena biayanya sama dengan kurang lebih satu setengah harga mobil keluarga yang umum di Indonesia. Padahal keluarga di kota besar di Indonesia sekarang sudah tidak aneh jika memiliki 2 mobil.
Btw, penulis kan pejuang yang tintanya lebih tajam dari pedang. 
01 March at 20:59