Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita semua telah mengenal perangkat komputer bukan? Tentu saja, hampir semua orang telah menggunakan teknologi komputer dalam aktivitasnya sehari-hari, baik untuk membantu mempermudah pekerjaan kantor maupun untuk keperluan lainnya seperti hiburan. Menurut kedudukannya, komputer merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yang disebut compute atau dalam bahasa Indonesia disebut hitung, atau dengan kata lain, komputer dapat dikatakan sebagai sebuah mesin elektronik yang dapat menghitung, dan tentunya dengan kemampuannya yang sangat cepat dan akurat. Sebut saja kalkulator, jam digital atau handphone, semuanya adalah produk teknologi yang juga dapat disebut sebagai komputer, sebab di dalam perangkat tersebut telah ditanamkan chip-chip pintar atau processor yang dapat mengolah dan mengelola berbagai data dengan sangat cepat dan cermat.

Komputer telah menjadi bagian dalam kehidupan dan peradaban manusia, maka tidak mengherankan bila saat ini komputer telah digunakan secara luas dalam berbagai lini kehidupan, termasuk di antaranya dalam bidang transportasi. Dan di sejumlah negara maju, komputer pun kini telah digunakan untuk menjalankan berbagai alat trasportasi seperti pengaturan jaringan kereta listrik, bahkan komputer telah pula digunakan secara luas untuk mengatur dan mengendalikan pesawat terbang. Lalu, bagaimana bentuk dan kegunaan komputer yang digunakan pada pesawat terbang?

 

FMS1.jpg

Sebagaimana lazimnya, semua jenis komputer memiliki konsep dan cara kerja yang sama, termasuk komputer yang digunakan pada sistim kereta listrik atau robot sekalipun. Sebuah komputer umumnya terdiri dari satu unit processor sebagai tempat pengolahan data, di mana kemudian hasilnya akan ditampilkan pada layar monitor (display) atau bahkan hasil tersebut dapat langsung dikirim ke output device atau interface yang akan mengkonversi data untuk berbagai keperluan, misalnya; untuk menggerakkan motor listrik (dynamo), menggerakkan lengan tuas (servo), menyalakan sakelar (switch) atau membuka dan menutup katup (valve) serta berbagai keperluan lainnya. Demikian pula dengan komputer yang terdapat pada pesawat terbang, hampir seluruh output device yang terdapat pada komputer terhubung ke sistim kendali elektronik atau Flight Control Computer (FCC) yang berfungsi mengendalikan pesawat berdasarkan data-data yang telah terprogram dan tersimpan di dalam sistim database, serta pengendalian yang berdasarkan data-data yang kemudian dimasukan (input) oleh pilot selama penerbangan berlangsung. Nah, sistim ini kemudian disebut Flight Management Computer yang umum dikenal dengan sebutan FMC.

 

FMS2.jpg

Kata Flight Management Computer (FMC) atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai Komputer Manajemen Penerbangan, adalah perangkat avionic (aviation electronic) yang sangat fundamental dalam teknologi penerbangan modern terkini. Oleh sebab itu, dengan adanya penambahan perangkat komputer pada pesawat terbang, kini pilot dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan pesawatnya, di mana para penerbang (pilot) dapat pula memberikan input berupa data yang berguna untuk menjalankan dan mengatur pesawat agar dapat terbang sesuai dengan perencanaan (flight plan). 

 

Dengan adanya kemajuan teknologi komputer penerbangan, hal tersebut telah pula membuat pesawat terbang menjadi semakin cerdas, di mana kemudian pesawat dapat diterbangkan secara otomatis (automatic flight) yang dimulai sejak dari bandar udara keberangkatan (departure airport) hingga ke bandar udara tujuan (destination airport). Kemampuan terbang otomatis seperti itu hanya dapat dilakukan oleh pesawat berkapasitas besar dan modern, yang mana ketika itu pesawat telah dilengkapi dengan Komputer Manajemen Penerbangan atau FMC yang kemudian berfungsi sebagai pilot elektroniknya. Namun demikian, ada pula beberapa produk pesawat kecil dan ringan (light aircraft) yang juga telah dilengkapi dengan sistim komputer, di mana sistim tersebut berguna untuk menjalankan pengaturan penerbangan secara elektronik.

Selanjutnya, coba perhatikan Gambar 1. Dari dalam ruang kendali (cockpit) pesawat Boeing 737NG, tepatnya pada panel yang terdapat di hadapan pilot atau forward panel, pada kotak atau bagian yang diberi warna merah, bagian tersebut merupakan area yang disebut Control Display Unit atau CDU, yang merupakan lokasi di mana panel FMC ditempatkan. Kemudian coba perhatikan Gambar 2. Gambar tersebut memperlihatkan bentuk utuh dari FMC yang memiliki sebuah layar monitor (display) serta dilengkapi dengan papan tombol (keypad) yang berguna untuk memasukkan (input) berbagai data penerbangan ke dalam sistim komputer. Nah, melalui panel komputer inilah kemudian pilot berinteraksi dalam mengatur pesawatnya, yaitu dengan cara memasukkan instruksi-instruksi ke dalam sistim aplikasi komputer (FMC) yang ada di dalam ruang kendali pesawat.

Perlunya Manajemen Penerbangan

Baiklah, sebelum kita mempelajari lebih dekat tentang perangkat komputer yang digunakan pada pesawat terbang, ada baiknya sejenak kita coba mundur ke belakang untuk melihat bagaimana persiapan sebuah penerbangan dilakukan, sebab hal tersebut sangat terkait erat dengan tata kelola (management) penerbangan yang kompleks dan rumit.

Sesungguhnya, jauh sebelum sebuah penerbangan dilakukan, ada banyak faktor yang menjadi perhatian serius bagi maskapai penerbangan (airline) maupun pilot yang menerbangkan pesawat. Faktor yang dimaksud adalah hal-hal teknis yang terjadi di dalam sebuah penerbangan, baik faktor yang berlaku umum, maupun faktor tertentu yang timbul dari rangkaian peristiwa di sepanjang perjalanan dalam sebuah penerbangan. Semua faktor tersebut memiliki dampak serius yang dapat mengakibatkan penerbangan menjadi tidak ekonomis dan efisien apabila tidak dikelola dengan cermat. Untuk melakukan kalkulasi terhadap semua aspek yang ada, maka hal yang paling utama dilakukan sebelumnya adalah membuat perencanaan penerbangan atau flight plan, sebab dengan mempersiapkan rencana penerbangan, maka berbagai aspek yang ada dan yang akan timbul di sepanjang penerbangan dapat dipelajari dan dikelola dengan baik. Hal ini mutlak harus dilakukan agar sebuah penerbangan dapat menjadi ekonomis dan menguntungkan. Selanjutnya, mari kita coba perhatikan salah satu sisi saja tentang bagaimana upaya maskapai penerbangan dan pilot dalam mengelola (management) sebuah penerbangan. Kita coba ambil contoh dari sisi penggunaan bahan bakar atau fuel management.

Sejak pabrik-pabrik pesawat raksasa mulai memproduksi berbagai jenis pesawat berukuran besar dengan daya angkut penumpang dan kargo yang lebih besar, ditambah kemampuan jelajah dan jarak tempuh pesawat yang semakin jauh, maka kebutuhan akan bahan bakar (fuel) pun semakin bertambah pula. Artinya, pesawat kini diharuskan mengangkut bahan bakar dalam jumlah yang cukup banyak, yang dampaknya akan semakin menambah beban berat bagi pesawat itu sendiri serta menambah tanggungan biaya. Aspek ini kemudian menjadi dasar pemikiran awal tentang mengapa manajemen penggunaan bahan bakar (fuel management) dalam sebuah penerbangan menjadi sangat penting.

Sebagai contoh, sebut saja sebuah pesawat Boeing 737-900ER akan diberangkatkan dari Jakarta menuju ke Medan dengan membawa penumpang dan kargo serta bahan bakar dengan berat lebih kurang 80 ton. Sesuai rencana penerbangan (flight plan) yang telah ditetapkan sebelumnya, perkiraan jumlah bahan bakar (fuel) yang diperlukan pesawat untuk menerbangi rute tersebut akan dihitung sejak dari bandar udara keberangkatan (departure airport), yaitu Soekarno–Hatta International Airport. Dan sebagai bahan pertimbangan bagi airlines dan pilot, bandar udara tersebut merupakan salah satu airport yang memiliki area cukup luas, sehingga jarak tempuh pesawat dari terminal menuju ke landasan pacu (runway) saat pesawat bergerak di darat (taxi) diperkirakan cukup jauh dan akan menghabiskan bahan bakar(fuel) yang cukup signifikan. Kemudian, kalkulasi konsumsi bahan bakar juga dilakukan saat pesawat bergerak di udara, dimana harga dan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan kemudian diakumulasikan dengan berat pesawat serta berbagai faktor teknis (performance) dalam setiap operasional penerbangan. Akumulasi tersebut kemudian disebut: index harga atau cost index. Selanjutnya proses perhitungan kembali dilakukan hingga pesawat kembali mendarat (landing) dan tiba di terminal serta akhirnya berhenti di gate. Demikianlah perhitungan konsumsi bahan bakar dilakukan dalam setiap fase penerbangan, di mana hasil kalkulasi tersebut kelak menjadi pertimbangan penting untuk mengelola bahan bakar saat pesawat akan dioperasikan.

Selain memperhitungkan faktor-faktor yang bersifat reguler, ada pula perhitungan untuk kondisi darurat (emergency), misalnya keharusan operator (airlines) menyediakan bahan bakar cadangan (extra-fuel) yang dibutuhkan jika dalam keadaan darurat pesawat terpaksa harus mendarat di bandar udara lain (divert), atau jika pesawat gagal mendarat dan harus terbang kembali untuk berputar (go around). Faktor-faktor darurat semacam ini merupakan hal yang sangat penting untuk ikut dipertimbangkan dalam upaya mengelola penggunaan bahan bakar (fuel management). Nah, dengan memperhitungkan berbagai aspek sebagaimana yang telah dicontohkan diatas, setidaknya kita telah mendapat satu gambaran penting tentang perlunya manajemen dalam mengelola konsumsi bahan bakar (fuel management)yang dibutuhkan dalam penerbangan. Dan skenario penerbangan diatas hanyalah sebuah contoh dari salah satu sisi saja di antara berbagai faktor lainnya yang harus dikelola dalam sebuah penerbangan.

Selain soal bahan bakar, sesungguhnya masih banyak lagi faktor lain yang harus dikelola, diantaranya adalah faktor teknis yang menyangkut kemampuan pesawat (performance), di antaranya adalah; kecepatan, ketinggian terbang, berat pesawat, rentang jarak tempuh, daya angkut, dll, serta faktor alam seperti; suhu udara, kelembaban udara, tekanan atmosfir dan hembusan angin. Nah, dengan semakin bertambahnya faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam sebuah penerbangan, proses kalkulasi kemudian menjadi semakin komplek dan rumit. Dalam kondisi yang demikian, khususnya pilot yang menerbangkan pesawat besar dan berat, tentunya mereka akan mengalami kesulitan dalam melakukan kalkulasi untuk mengelola berbagai faktor teknis dan faktor alam dengan hanya menggunakan cara konvensional. 

Oleh sebab itu dikembangkanlah sistim komputer yang khusus dirancang untuk pesawat terbang yang disebut Flight Management Computer atau disebut juga dengan FMC. Di dalam penerbangan, komputer inilah yang bertugas melakukan kalkulasi terhadap berbagai variabel dari berbagai faktor sebagaimana yang telah digambarkan dan diuraikan diatas. Nah, selain bermanfaat untuk mengurangi padatnya pekerjaan pilot (workload), keberadaan FMC juga semakin meningkatkan kemampuan pesawat, di mana angkutan udara ini dapat mengelola dan mengendalikan penerbangan dengan sendirinya (automatic flight). Dan dengan adanya kemampuan seperti ini, pesawat terbang sudah dapat melakukan aviasi, navigasi, kalkulasi dan koreksi secara otomatis di sepanjang rute penerbangan tanpa harus membebani pilot dengan berbagai kerumitan.