“Penulisan berikut ini tidak dapat menjabarkan CRM secara keseluruhan. Diharapkan dapat memperkenalkan dasar mengenai CRM.”

Saya menemukan materi pelatihan CRM yang tertulis dalam CASR ada di dalam part 121, 135, dan 141.

121.406 Crew Resource Management Training

(a) No air carrier shall assign a person to act as a crew member on any aircraft unless that person has received crew resource management training in accordance with the following: …

135.433 Crew Resource Management Training

No air carrier shall assign a person to act as a crewmember on any aircraft requiring two or more crewmembers, unless that person has received crew resource management training in accordance with the following: ...

Dilatarbelakangi oleh beberapa pengalaman saat bekerja dengan beberapa mitra terbang dalam Multi-Crew Cockpit, membuat penulis ingin membagikan pengalamannya yang mungkin dapat digunakan sebagai pembelajaran.

CRM (Crew Resource Management), adalah penggunaan semua sumber daya yang ada oleh awak pesawat, untuk mencapai misi penerbangan yang Aman dan Efisien, serta mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi stres dan meningkatkan Efisiensi.

Bagaimana menghadapi seseorang dengan pengalaman terbang sudah sangat tinggi, lalu bekerja dengan seseorang dengan jam terbang rendah? Bagaimana interaksi dengan rekan kerja sesama seperti dengan kru darat? Dan juga dengan awak kabin? CRM dibuat untuk menjembatani hal tersebut, dengan tujuan untuk mencapai keselamatan penerbangan serta operasional yang efisien.

Contoh ringan, dari aktifitas keseharian awak pesawat mengenai CRM, dapat dimulai saat bertemu pertama kali sebelum memulai misi penerbangan. Adalah seperti saat berkenalan. Reaksi yang didapatkan saat berkenalan, dapat mencerminkan suasana hati seseorang, yang dapat mempengaruhi suasana kerja.

Bayangkan saat memperkenalkan diri kepada rekan terbang anda, yang didapat saat bersalaman hanyalah suara “hmmm...”. Apa yang akan muncul di benak anda?

Lingkungan kerja yang tidak kondusif dan tidak bersinergi telah mengakibatkan beberapa kecelakaan pesawat yang merenggut banyak nyawa. Tidak selalu tetapi telah memberikan kontribusi. Beberapa di antaranya: 

  • Himbauan pasangan terbangnya yang tidak didengarkan dan diabaikan, menyebabkan 1 pesawat yang masih berada di landasan tertabrak olehnya.
  • Rekan terbang yang kemungkinan tidak memonitor dan cross-check rekan terbangnya dengan seksama, diperkirakan memberikan kontribusi dalam kecelakaan satu pesawat berbadan lebar menabrak dataran tinggi pada fase Approach.
  • Dan beberapa kecelakaan lain-nya yang bisa anda baca di http://lessonslearned.faa.gov/ll_main.cfm?TabID=3&CategoryID=9

Jika dipelajari lebih lagi mengenai CRM, contoh dasar prosedur yang sudah dibuat sedemikian rupa oleh pabrik pembuat pesawat, merupakan bagian dari konsep CRM. Di dalam Multi-Crew Cockpit, terdapat prosedur yang membagi bagian tugas antara bagian Pilot Flying (PF) dengan Pilot Monitoring (PM) atau Pilot Non-Flying (PNF).

“Bukan mengenai soal seberapa hebat kemampuan menerbangkan pesawat, tetapi lebih kepada kepiawaian Cognitive dan kemampuan untuk berinteraksi dengan sesama (antarpribadi) dalam menjalankan suatu penerbangan.”

 

Cognitive – adj.

Of or relating to the mental processes of perception, memory, judgment, and reasoning, as contrasted with emotional and volitional processes.                                                             http://dictionary.reference.com/

 

Penulis sangat senang dengan adanya pembelajaran mengenai CRM, terutama karena penulis dibesarkan dengan mengadopsi budaya timur yang dikenal harus sopan, santun, dan patuh terhadap orang tua atau orang yang lebih tua.

Hal ini melahirkan satu sifat sungkan, yang jika dibiarkan dalam lingkungan kerja, berpotensi untuk membiarkan kesalahan yang akhirnya dapat menuntun kepada suatu pelanggaran. Pelanggaran dapat menuntun kepada suatu insiden ataupun kecelakaan.

“Tidak mengatakan budaya Timur itu tidak baik, tidak! Tetapi semua ada porsinya, ada saatnya saat anda bekerja sama dengan orang lain”.

Berikut beberapa kejadian yang dapat dijadikan contoh kasus: 

  1. Saat sedang Taxi, sang PF ikut sibuk mengganti frekuensi radio yang seharusnya menjadi tugas dari pada PNF/PM. Apa yang harus dilakukan oleh PNF/PM?
  2. Setelah selesai push-back, Captain dengan tergesa-gesa menyuruh First Officer untuk meminta taxi clearance. First Officer hanya melihat 1 orang saja yang berdiri di samping kendaraan yang habis mendorong pesawatnya, dan Captain sudah melepaskan Parking Brake untuk taxi.
  3. Saat sedang Cruising, pesawat mengalami Light Turbulence dan sesekali Moderate Turbulence namun lampu sabuk pengaman tidak dinyalakan. Kondisi pesawat terisi penuh dengan penumpang, dan penerbangan yang ditempuh adalah penerbangan yang cukup singkat. Sebagai awak pesawat apa yang akan dilakukan?
  4. Terjadi perubahan landasan yang akan digunakan, anda berada pada posisi nomor 1 untuk lepas landas, dan jarak pesawat anda dengan landasan yang aktif menjadi sangat dekat. Sebagai penerbang, apa saja yang akan anda lakukan?
  5. Sebagai penerbang, anda diberikan izin untuk masuk ke landasan pacu untuk lepas landas, namun awak kabin belum memberikan laporan kalau mereka sudah siap untuk lepas landas, sedangkan pesawat banyak yang mengantre di belakang. Apakah keputusan anda?
  6. Dan banyak contoh lain-nya.

Contoh kasus di atas, mungkin merupakan hal-hal yang sangat fundamental. Namun hal tersebut terjadi dan berpotensi menghasilkan suatu insiden atau kecelakaan. Kasus mungkin saja sama atau serupa, namun cara untuk mengatasi-nya akan berbeda-beda dalam setiap kasusnya.

Jika kedua atau lebih kru menjalankan fungsinya masing-masing dengan interaksi yang baik, biasanya konflik yang terjadi akan menjadi lebih ringan untuk diatasi. Namun jika ada individu yang tidak mau mendengarkan masukan, dengan kata lain mempertahankan egonya, maka akan muncul konflik. Saat itulah peran anda akan diuji jika tindakan yang diambil dapat mempengaruhi tingkat keselamatan penerbangan.

Beranikah anda, jika sebagai kopilot yang baru lulus, memberikan masukan kepada seorang kapten yang sudah terbang puluhan tahun yang dikenal tempramental? Serta bagaimana seorang kapten menanggapi masukan yang diberikan oleh kopilot yang belum lama lulus dari pendidikan?

Bagi First Officer, dalam CRM direkomendasikan sebelum mengambil alih kendali dari tindakan seorang Captain yang mungkin dapat menurunkan tingkat keselamatan adalah dengan cara P.A.C.E. Jadi, First Officer tidak semena-mena mengambil alih. Kecuali waktu tidak memungkinkan untuk melakukan urutan berikut ini, maka ambil tindakan paling akhir.

 

P – Probing

(Pertanyaan dasar untuk menanyakan apa yang sedang dilakukannya, untuk memastikan apakah yang bersangkutan masih menyadari apa yang dilakukannya, untuk memunculkan “Oh iya...”).

“Kapten, kenapa speednya masih segini?”.

“Kapten, tadi kita cleared FL sekian”.

“Di depan ada awan, sepertinya tebal.”

 

A – Alerting

(Memberikan pernyataan yang membuat menjadi siaga, untuk memunculkan pikiran “Benar juga yah kata dia.”).

“Jarak kita sama landasan 15 NM lagi, hati-hati nanti tidak stabil approach-nya.”

“Kapten, biar saya saja yang mengganti frekuensi radio. Bahaya loh nanti kalau tidak ada yang melihat keluar waktu lagi taxi.”

 

C – Challenging

(Memberikan suatu tantangan untuk membuat suatu keputusan yang lebih aman).

“Kapten, ini masih unstabilized. Siap-siap untuk go around sebelum terlalu rendah.”

“Kapten, masih ada pesawat di landasan, dia masih belum bergerak, kita harus Go-Around.”

 

E – Emergency

(Berikan peringatan mengenai fase kritis dan bahaya sebelum terlambat).

“Kapten, kalau masih diteruskan, saya akan ambil kendali pesawat.”

Setelah itu, jika masih tidak ada perbaikan, Ambil kendali pesawat sesuai dengan prosedur yang diajarkan, dengan tindakan yang lebih aman.

 

Memberikan contoh memang mudah, namun pada kenyataannya, untuk mengucapkan “Go Around” atau tindakan korektif lainnya bisa menjadi sangat sulit untuk dilakukan karena pada faktor manusia, pasti ingin untuk mencoba.

Ingat, SAFETY! 

Baca: http://ilmuterbang.com/blog-mainmenu-9-60730/blogberita-pilot/652-emang-go-around-gampang

Go Around mungkin mahal, dan berdampak panjang pada jadwal dan hal hal lainnya. Namun jika terjadi insiden atau kecelakaan karena tidak Go Around, akan jauh lebih mahal harganya.”

Namun perlu diingat bagi First Officer, seorang Captain memiliki hak prerogatif untuk mengambil kendali dari seorang First Officer atas pertimbangannya kapanpun dia mau, karena dialah Pilot In Command.

Jika pengambilan kendali terjadi, akan ada potensi konflik yang muncul. Ingat, masih ada tugas yang lebih penting dari pada berdebat mengenai apa yang terjadi. Terbangkan pesawat, dan mendaratkan pesawat dengan aman. Setelah semua beres, mulailah menyampaikan apa yang ingin disampaikan.

Dalam situasi sehari-hari, jarang sekali sampai kepada tahap Challenging maupun Emergency, karena jika dijalankan, ideal-nya pada saat Probing dan Alerting pun sudah seharusnya membuat sadar pasangan terbang anda. Kecuali yang bersangkutan mengalami subtle incapacitation (Terlihat sadar, namun pada kenyataannya tidak dapat melakukan atau memutuskan suatu tindakan) atau masih memaksakan kehendak.

Dari pembelajaran CRM ini, beberapa catatan yang saya buat adalah,

  1. Tujuan yang ingin dicapai adalah safe operations, yang didukung oleh lingkungan kerja yang kondusif. Kondusif dapat dicapai jika saya peduli dengan kru yang lain, tidak acuh. Saling menjaga sebagai 1 kesatuan.
  2. Semua orang dapat berbuat salah, jika ada yang berbuat salah, koreksilah dengan nada bicara yang baik. Kecuali sudah berulang-ulang, mungkin harus sedikit dibentak supaya sadar :)
  3. Kerja sama, lakukan peran fungsi masing-masing, kerja menjadi lebih efisien. Bukan soal siapa yang hebat. Misi berhasil, semua melakukan tugas yang baik. Misi gagal, saya memiliki peran juga jika sampai tidak berhasil,
  4. Lakukan apa yang benar, bukan siapa yang benar,
  5. Lakukan apa yang menjadi hal terpenting (Prioritas),
  6. Membuka diri untuk suatu diskusi untuk memperbaiki diri, karena terkadang kita perlu orang lain untuk memberitahu sisi tidak baik yang tidak kita sadari,
  7. Jika ada hal yang tidak pasti, tanyakan atau periksalah kembali,
  8. Jangan terburu-buru. Ingat Hazardous Attitude – Impulsivity? Not so fast, think first.

Dengan menuliskan artikel ini, saya kembali diingatkan mengenai hal-hal seputar CRM yang terkadang saya sendiri suka lupa karena aktifitas rutin, dan suasana hati yang tidak selalu berada dalam kondisi terbaik karena dipengaruhi faktor lain seperti apa yang terjadi di rumah, di dalam perjalanan, dan lainnya. Semoga apa yang dituliskan dapat berguna.

Have a safe flight ladies and gents!